Thursday, 23 January 2014

Siti Muthi'ah, Wanita Pertama Masuk Syurga

SUATU hari putri Nabi SAW. Fatimah Az Zahra ra. bertanya kepada Rasulullah SAW., siapakah wanita pertama yang memasuki surga setelah Ummahatul Mukminin  setelah istri-istri Nabi SAW.? Rasulullah bersabda: Dialah Mutiah.

Berhari-hari Fatimah Az Zahra berkeliling kota Madinah untuk mencari tahu keberadaan siapa Mutiah itu dan dimana wanita yang dikatakan oleh Nabi SAW. itu tinggal. Alhamdulillah dari informasi yang didapatkannya, Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Mutiah di pinggiran kota Madinah.
Atas ijin suaminya Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah Az Zahra dengan mengajak Hasan putranya untuk bersilaturahmi ke rumah Mutiah pada pagi hari. Sesampainya di rumah Mutiah, maka Fatimah yang sudah tidak sabar segera mengetuk pintu rumah Mutiah dengan mengucapkan salam.
“Assalaamu’alaikum ya ahlil bait.” Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita, “Wa’alaikassalaam … siapakah diluar?” lanjutnya bertanya. Fatimah menjawab, “Saya Fatimah putri Muhammad SAW.” Mutiah menjawab, “Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta.”
Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya, dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra laki-lakinya yang masih kecil (dalam riwayat masih berumur 5 tahun). Maka Mutiah kembali menutup pintu rumahnya kembali, terkagetlah Fatimah dan bertanyalah putri Nabi SAW kepada Mutiah dari balik pintu.
“Ada apa gerangan wahai Mutiah? Kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu? Apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahim kepadamu?”
Mutiah dari balik pintu rumahnya menjawab, “Wahai putri Nabi, bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku. Akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki-lakimu Hasan, yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa ijin suaminya. Walaupun anakmu Hasan masih kecil, tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah. Kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku.”
Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata wanita mulia ini, bahwa argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besok hari.
Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah, Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya. Hingga akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. Dengan berpikir bahwa Mutiah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan, sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Husein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.
Namun ketika berada didepan rumah Mutiah, maka kejadian pada hari pertama terulang kembali. Mutiah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta ijin suaminya.
Semakin galau hati Fatimah, memikirkan begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW. dan begitu tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya.
Pada hari yang ketiga, kembali Fatimah bersama kedua anaknya datang ke rumah Mutiah pada sore hari. Namun kembali Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dia terkagum. Mutiah didapati sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik yang dipunyai dengan bau yang harum, sehingga Mutiah terlihat sangat mempesona.
Dalam kondisi seperti itu, Mutiah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap-siap menyambutnya. Subhanallah, kita merindukan istri yang demikian. Yaitu ketika suami pulang kerja dia berusaha menyambutnya dengan kondisi sudah mandi, sudah berdandan, sudah memakai pakaian yang bagus, dan siap menyambut kedatangan suami di halaman rumah dengan senyuman terindah penuh kasih dan sayang. Ya Allah, jadikanlah istri-istri kami seperti Mutiah.
Akhirnya Fatimah pulang kembali dengan kekaguman yang tak terperi kepada Mutiah. Dan pada hari yang keempat, Fatimah datang kembali ke rumah Mutiah lebih sore dan berharap bahwa suaminya sudah berada di rumah atau sudah pulang dari kerja. Dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang, suami Mutiah baru saja sampai di rumah pulang dari kerja.
Fatimah dan kedua anaknya Hasan dan Husein dipersilahkan masuk oleh Mutiah dan suaminya ke rumahnya. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibanding dengan yang dihadapinya sejak hari pertama. Mutiah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil menuntun suaminya ke kamar mandi. Mutiah terlihat mulai melepaskan baju suaminya, dan mereka berdua hilang masuk ke bilik kamar mandi. Dan yang dilakukan oleh Mutiah adalah memandikan suaminya. Subhanallah… Tsumma Subhanallah.
Selesai memandikan suaminya, Fatimah menyaksikan Mutiah menuntun suaminya menuju ke tempat makan. Dan suaminya sudah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya seharian. Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan, Mutiah masuk ke dalam rumah dan keluar dengan membawa cambuk sepanjang 2 meter dan diberikan kepada suaminya dengan mengatakan.
“Wahai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu. Sekiranya engkau tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku.”
Tanpa bertanya apa-apa, Fatimah sudah memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah SAW. tentang wanita pertama penghuni surga setelah para istri Nabi yaitu Mutiah.
Fatimah pulang menangis haru dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang sholihah. Seperti yang ada pada diri Mutiah, yang mendapatkan kehormatan sebagai wanita yang paling dahulu memasuki surga Allah SWT.

Sunday, 19 January 2014

Qosidah Ya Habibana ‘Abdurrahman Assegaf

هذه القصيدة يا حبيبنا 
 
يا حبيبنا  ۲ عبد الرحمن السقاف يا شيخنا ۲ خارق العادة
Yaa habiibanaa 2x ‘Abdurrohmaan as-saqoof Yaa Syaikhonaa 2x khooriqol ‘aadah
Wahai kekasih kami Sayyid Abdurrahman As-Segaf, wahai guru kami yg diluar kebiasaan (keistimewaan)

أنتم ولينا أنتم حبيبنا أنتم شفيعنا يا خارق العادة
Antum waliyyunaa antum habiibunaa antum syafii’unaa yaa khooriqol ‘aadah
Engkau wali kami, engkau kekasih kami, engkau pemberi syafa’at kami, wahai orang yang diluar kebiasaan

أنتم سلفنا أنتم مدادنا أنتم إمامنا يا خارق العادة
Antum salafunaa antum madaadunaa antum imaamunaa yaa khooriqol ‘aadah
Engkau pendahulu kami, engkau kecintaan hati kami, engkau pemimpin kami wahai orang yg diluar kebiasaan

أنتم طبيبنا أنتم قلوبنا أنتم سداتنا يا خارق العادة
Antum thobiibunaa antum quluubunaa antum sadaatunaa yaa khooriqol ‘aadah
Engkau penyembuh kami, engkau kecintaan hati kami, engkau pemimpin kami wahai orang yg diluar kebiasaan.

يا ربنا ۲ إغفر ذنوبنا يا الله يا جواد
Yaa Robbanaa 2x ighfir dzunuubanaa yaa Allah yaa jawaad
Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, Ya Allah yang Maha Pemurah

يا ربنا ۲ إغفر ذنوبنا يا ربنا ۲ أنت ربنا
Yaa Robbanaa 2x ighfir dzunuubanaa yaa Robbanaa 2x Anta Robbunaa
Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, Wahai Tuhan kami, Engkaulah Tuhan kami

Qosidah Ya Hadi Sir Ruwaidan

يا حادی سر رويدا  ؛  وانشد امام الرکب
Yâ hâdî sir ruwaidân  wansyud amâmar-rokbi
Wahai pemandu rombongan berjalanlah perlahan, Bernyanyilah dihadapan mereka yang ikut serta dlm rombongan

فی الرکب لی عريب  ؛  أخذوا معهم قلبی
Fîr-rokbi lî ‘uroibun akhodzû ma’ahum qolbî
Bersama rombongan ada seorang yang kucintai, Mereka membawa bersama buah hatiku

من لی إذا أخذوا لی قلبی
Man lî idzâ akhodzû lî qolbî
Siapakah pendampingku jika mereka membawa kekasihku

شتتونی فی البوادی  ؛  اخذوا منی فؤادی
Syatatûnî fîl bawâdî akhodzû minnî fu-âdî
Rombongan itu membuatku berkeluh kesah Karena membawa pergi kekasihku..

من لی إذا أخذوا لی قلبی
Man lî idzâ akhodzû lî qolbî
Siapakah pendampingku jika mereka membawa kekasihku

فانح يا حويد العيس  ؛  وأنزل طيبة بالتقديس
Fanhu yâ huwaidal ‘îsi  wa anzil thoybah bittaqdîs
Maka berhentilah wahai pemandu kekasih, Singgahlah ke Madinah tempat yang suci

تخظی المنی بنيل القرب
Tukhdhôl munâ binailil qurbi
Niscaya tercapai cita–cita mu dengan hampir kepada Raudah Nabi

رفقا رفقابی ياحادی  ؛  رفقا رفقا بفؤادی
Rifqôn rifqôn bî yâ hâdî  rifqôn rifqôn bifu-âdî
Kasihanilah aku wahai pemandu.. kasihanilah hatiku yang rindu

من لی إذا أخذوا لی قلبی
Man lî idzâ akhodzû lî qolbî
Siapakah pendampingku jika mereka membawa kekasihku

الله الله الله يا إلهی يامجيب 
Allâh Allâh Allâh Yâ ilâhî yâ mujîbu
Ya Allah, Wahai Allah yang menerima doa

الله الله الله فبطيبة لی حبيب
Allâh Allâh Allâh fabithoybah lî habîb
Ya Alloh, Bagiku di Madinah seorang kekasih

الله الله الله أرجو يشفع لنا  الله الله يشفع لنا من ذنبی
Allâh Allâh Allâh arjû yasyfa’u lanâ Allâh Allâh Allâh yasyfa’u lanâ min dzanbî
Ya Allah, Aku mengharap syafaatnya, Agar terhapus segala dosa

الله الله الله الله لا إله إلا الله ، واحد جل علاه معبود بالليل والنهار
Allâh Allâh Allâh Allâh Lâ ilâha illâAllâh wâhidun jalla ‘ulâhu Ma’bûd billaili wannahâri
Allah Allah, Tiada tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa Yang Agung ketinggianNya Yang disembah pada malam dan siang

Qosidah Ya Ala Baitin Nabi

ياآل بيت النبی السيد العربی لکم مددت يدي ففرج کربي
Yâ ãla baitin-Nabî as-Sayyidil ‘Arobî  Lakum madadtu yadî fafarriju kurobî
Wahai keluarga Nabi, pemimpin bangsa Arab. Kepada kalianlah aku ulurkan tanganku, maka bantulah kesulitanku.

إعرف الحق لأهل الحق واسلك معاهم فی طريق التقی من حيث ساروا وراهم
I’rifil haqqi li ahlil haqqi wasluk ma’âhum Fî thorîqit-tuqô min haitsu sârû warôhum
Ketahuilah kebenaran dari ahlinya, berjalanlah bersama ketaqwaan mereka. Mereka berjalan di jalan ketaqwaan, tetaplah di belakang mereka.

فالسعادة منوطة کلها باقتفاهم بخت من قد رآهم أو رأی من رآهم
Fassa’âdah manûthoh kullahâ biqtifâhum Bakhta man qod rô-ãhum aw rô-â man rô-ãhum
Karena semua kebahagiaan, dapat diraih dengan mengikuti mereka. Sungguh beruntung orang-orang yang pernah melihat mereka atau melihat orang-orang yang pernah melihat mereka.

أو تعلق بهم دائم ولازم فناهم فإنهم قوم ماحد فی البرية گماهم
 Aw ta’allaq bihim dâ-im walâzam fînâhum Fa-innahum qoum mâhad fîl bariyyati kamâhum
Atau selalu berhubungan dengan mereka, atau tinggal di tempat mereka. Karena mereka adalah kaum yang tiada duanya dalam semua ciptaan ini.

لا ترافق وتصحب فی الخليقة سواهم فان مولاك وفر من هباته عطاهم
 Lâ turôfiq wa tash-hab fîl kholîqoti siwâhum Fa-inna maulâk waffar min hibâtih ‘athôhum
Janganlah engkau berteman dan bersahabat dengan makhluk selain dengan mereka. Karena Tuhanmu memberikan pemberian penuh (lengkap) kepada mereka.

باتباعه وحبه حقق الله رجاهم  ياهناهم بحب المصطفی يا هناهم
Bittibâ’ih wa hubbih haqqoqollâh rojâhum Yâ hanâhum bihubbil Mushthofâ yâ hanâhum
Dengan mengikuti dan mencintai beliau, Allah meyakinkan harapan mereka. Aduhai senangnya, aduhai senangnya mereka karena mendapat cinta Nabi al-Musthofa

رب بلغني أمالی بجاهه گماهم والصلاة علی خير الوری مصطفاهم
Robbi ballighnî amâlî bijâhih kamâhum  Washsholâtu ‘alâ khoiril warô Mushthofâ-hum
Wahai Tuhanku, dengan pangkat beliau sampaikanlah cita-citaku seperti mereka. Semoga sholawat selalu diberikan kepada manusia terbaik dan manusia pilihan.

Qosidah Ma Madda

 Qosidah Maa Madda Likhoiril Kholqi Yadaa
 
ما مد لخير الخلق يدا  أحد إلا وبه سعدا

Maa madda likhoiril kholqi yadaa ahadun illaa wabihi sa’idaa

فلذاك مددت إليه يدی  وبذلك کنت من السعدا

Falidzaaka madadtu ilaihi yadii wa bidzaalika kuntu minas-su’adaa

باب لله سما وعلا  قدرا وامتاز بکل علا

Baabun lillaahi samaa wa ‘alaa qodron wamtaaza bikullin ‘alaa

والکل بدعوته اتصلا  بالله وحاز به المددا

Wal kullu bida’watihit-tasholaa billaahi wa haaza bihil madadaa

إنی بالعسر وباليسر  بحماه الوذ مدی العمر

Innii bil’usri wa bilyusri bihimaahu aluudzu madaal ‘umri

واقول أغثنی ياذخری  وأنلنی من گفيك ندا

Wa aquulu aghitsnii yaa dzukhrii wa anilnii min kafaika nadaa

لا أرجو غيرك إن جارا  دهری وعدمت الأنصارا

Laa arjuu ghoiroka in jaaroo dahrii wa ‘adimtul anshooroo

بحياتك الق إلانظارا  گرما ياأفضل من سجدا

Bihayaatika alqi illaa-ndhooroo karommaa yaa afdlola man sajadaa

وعلي تعطف يااملی  بشفاء القلب من العلل

Wa ‘alayya ta’aththof yaa amalii bisyifaa-il qolbi minal ‘ilali

أيکون محبك فی وجل  وبجاهك لا أخشی احدا

Ayakuunu muhibbuka fii wajali wabijaahika laa akhsyaa ahadaa

وصلاة الله بلا حصر  لك تهدی ياسامی القدر

Wa sholaatullaahi bilaa hashri laka tuhdaa yaa saamiil qodri

ولألك والصحب الغر  ما ابدی الطائر تغريدا

Wa li-aalika washshohbil ghurri maa abdaath-thoo-iru taghriidaa