Sunday 29 December 2013

Syeikh Fahmi Zamzam Al Banjari Al Maliki

Siapakah Al-Fadhil Syeikh Ahmad Fahmi Zamzam al-Banjari al-Maliki ?



Al-Fadhil Syaikh Ahmad Fahmi Zamzam Al-Banjari Al-Nadwi Al-Maliki dilahirkan pada tahun 1959 di Amuntai, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia. Beliau memasuki alam persekolahan di Amuntai sebelum menyambung pengajian di Madrasah Darussalam Martapura, Kalimantan Selatan sehingga Tingkatan 'Aliyah. Seterusnya beliau melanjutkan pendidikan di Yayasan Pesantren Islam Bangil, Jawa Timur.

Pada tahun 1980, beliau telah meneruskan pengajiannya di India, bersama dengan ulama' terkenal asy-Syaikh Abul Hassan ‘Ali an-Nadwi di Nadwatul Ulama', Lucknow. Pada tahun 1984, beliau menamatkan pengajiannya di India dan langsung datang ke Malaysia dan berkhidmat di Madrasah Tarbiyyah Islamiyyah Derang di Pokok Sena, Kedah sehinggalah ke hari ini.
Pada tahun 1988, beliau berkesempatan berguru dengan asy-Syaikh Muhammad Yasin al-Fadani dan juga as-Sayyid al-Habib Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki al-Hasani, sehingga beliau dianugerahkan dengan gelaran keluarga "al-Maliki" pada tahun 2002.

Beliau juga merupakan Mudir, Pasentren Yayasan Islam Nurul Hidayah (Yasin) di Banjar Baru dan Pasentren Yasin di Muarateweh, Kalimantan, Indonesia yang dibuka pada tahun 2001 dan 2003. Disamping itu, beliau adalah Ketua Umum Majelis Ulama' Indonesia Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah untuk sessi 2004 – 2009.

Beliau juga aktif didalam penulisan. Antara kitab yang beliau susun adalah '40 Hadis Peristiwa Akhir Zaman', '40 Hadis Penawar Hati' dan '40 Hadis Kelebihan Ilmu dan Ulama', 40 Nasihat Imam Zainuddin Ibnul Wardi al-Kindi. Selain itu beliau juga telah mentahqiq dan menerbitkan semula kitab-kitab karangan ulama' silam Alam Melayu Nusantara iaitu kitab karangan asy-Syaikh Abdusshamad al-Falimbani seperti 'Sairus Salikin' (4 jilid) dan 'Hidayatus Salikin'. Al-Fadhil Syaikh juga aktif menterjemahkan kitab seperti, 'Bidayatul Hidayah' dan 'Ayyuhal Walad' karangan Imam Al-Ghazali, 'Bustanul Arifin' karangan Imam An-Nawawi dan Lamiyah Ibnu Wardi karangan Imam Zainuddin Ibnul Wardi al-Kindi.

Beliau juga aktif mengajar secara bulanan di Lembah Kelang iaitu Kitab Hikam Ibn ‘Athoillah di Anjung Rahmat ABIM, kuliah Kitab Hidayatus Salikin di Masjid al-Falah USJ 9 dan kuliah Kitab Qul Hadzihi Sabili di Pusat Pengajian Ba'Alawi. Beliau juga mengadakan pengajian kilat untuk mengkhatamkan kitab-kitab seperti kitab Ayyuhal Walad, Bidayatul Hidayah, Bustanul ‘Ariffin dan-lain-lain.

Qosidah Jawa LIR ILIR ..

 
Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru) 

Makna: Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.

Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)  
Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)

Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya. Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.  

Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)  
Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)

Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.  

Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)

Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas (no 1-3) ketika kita masih sehat (dialambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!

Berkenaan Syeikh Hisham Kabbani q.s.




Syeikh Muhammad Hisham Kabbani q.s. adalah seorang ulama dan syekh sufi yang berasal dari Lebanon. Beliau lulusan American University di Beirut dalam bidang kimia. Dari sana beliau melanjutkan studi kedokteran di University of Louvain, Belgia. Beliau juga meraih gelar di bidang Hukum Islam dari Universitas al-Azhar, Damaskus. Sejak usia 15 tahun, beliau telah menemani Syekh `Abdullah ad-Daghestani q.s. dan Syekh Muhammad Nazim al-Haqqani q.s., syekh agung Tarekat Naqsybandi yang mulia di masa ini. Beliau banyak melakukan perjalanan ke segala penjuru di Timur Tengah, Eropa, dan Timur Jauh untuk menemani syekhnya.
          Pada tahun 1991 beliau diperintahkan syekhnya untuk pindah ke Amerika dan mendirikan yayasan bagi Tarekat Naqsybandi di sana. Sejak saat itu, beliau telah membuka 13 pusat sufi di Kanada dan Amerika Serikat. Beliau telah mengajar di sejumlah universitas, seperti: the University of Chicago, Columbia University, Howard, Berkeley, McGill, Concordia, dan Dawson College, demikian pula dengan sejumlah pusat keagamaan dan spiritual di seluruh Amerika Utara, Eropa, Timur Jauh dan Timur Tengah.
          Misi dari Syekh Hisham Kabbani q.s. di benua Amerika adalah untuk menyebarkan ajaran sufi dalam konteks persaudaraan umat manusia dan kesatuan dalam kepercayaan kepada Tuhan yang terdapat dalam semua agama dan jalur spiritual. Usahanya diarahkan untuk membawa spektrum keagamaan dan jalur-jalur spiritual yang beragam ke dalam keharmonisan dan kerukunan, dalam rangka pengenalan akan kewajiban ummat manusia sebagai kalifah Tuhan di bumi ini.
          Sebagai seorang syekh sufi, Syekh Hisham q.s. telah diberi wewenang untuk membimbing para pengikutnya menuju Cinta Ilahi dan menuju tingkatan spiritual yang telah digariskan Sang Pencipta. Latihan spiritual yang berat yang telah ditempuhnya selama 40 tahun di bawah pengawasan syekh besar dan syekhnya, telah menganugerahinya kecakapan yang tinggi mencakup kebijaksanaan, cahaya ilahiah, intelektual yang diperlukan seorang guru sufi sejati.
          Misi Syekh Hisham q.s. yang jauh melampaui target di Amerika adalah kontribusinya yang unik terhadap usaha umat manusia dalam mencapai takdir tertingginya, yaitu kedekatan dengan Tuhannya. Usaha beliau untuk membawa kesatuan hati dalam gerakannya menuju Inti Ilahi merupakan warisan terbesarnya kepada dunia Barat.
          Syekh Hisham q.s. adalah keturunan Rasulullah saw. baik dari jalur Ayah dan Ibunya (al-Hasani al-Husayni). Dari istrinya, Hj. Nazihe Adil yang merupakan putri Syekh Nazim al-Haqqani q.s., beliau dikaruniai 3 putra dan 1 putri, serta beberapa cucu yang semuanya menetap di Fenton, Michigan.
          Beberapa posisi yang beliau duduki di Amerika saat ini antara lain: KetuaIslamic Supreme Council of America (ISCA), penasihat dalam Unity One, yaitu sebuah organisasi yang ditujukan untukperdamaian antar-gang di Amerika, penasihat dalam Human Rights Council, penasihat dalam American Islamic Association of Mental Health Providers dan penasihat dalam Office of Religious Persecution, US Department of State.
          Beberapa tulisannya yang telah dipublikasikan secara internasional antara lain: Classical Islam and the Naqshbandi Sufi TraditionNaqshbandi Sufi Way: the Story of Golden Chain,Angels Unveiled-Sufi Perspective (edisi Indonesia: Dialog dengan para Malaikat, diterbitkan Hikmah), Pearls and Coral,Encyclopedia of Islamic Doctrine (7 volume)The Permissibility of Mawlid“Salafi” Movement Unveiled, dan The Approach of Armageddon? (edisi Indonesia: Kiamat Mendekat, diterbitkan Serambi).
          Sejak tahun 1997, beliau telah beberapa kali berkunjung ke Indonesia dan sekarang telah memiliki ribuan murid yang tersebar di pelosok Jakarta, Sukabumi, Bandung, Pekalongan, Semarang, Tuban, Surabaya, Batam, Aceh, Padang, Bukittinggi, Bali dan lain-lain, yang semuanya terwadah dalam suatu keluarga besar Jemaah Tarekat Naqsybandi al-Haqqaniyah yang dalam keorganisasiannya dikelolaYayasan Haqqani Indonesia.

Mutiara Kalam..

  •  Berkata Ulama Shalihin :
         "Awali gerakmu dengan "Bismillahirrahmannirrahim""
 
  • Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Atthos :
          "Apakah kamu mau tahu kunci-kunci syurga itu ? Kunci Syurga sebenarnya adalah "Bissmillahirraman nirrahim"
 
  •  Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Atthos :
          "Berziarahlah kamu kepada orang-orang sholeh! Karena orang-orang sholeh adalah obat hati"
 
  • Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Atthos :
          "Sebaik-baiknya teman adalah Al-Qur'an! dan seburuk-buruknya teman adalah syaitan!"
 
  •  Berkata Al Habib Alwi Bin Muhammad Bin Tohir Al Haddad :
          "Orang yang sukses adalah orang yang istiqomah di dalam amal baik."
 
  •  Berkata Al Habib Umar Bin Hud Al Atthos :
          "Bos yang wajib di patuhi adalah Allah SWT"
 
  •  Berkata Al Habib Sholeh Bin Muhsin Al Hamid (Tanggul) :
          "Kunci kekayaan adalah shodaqoh, dan kunci kemiskinan adalah pelit"
 
  •  Berkata Imam Ghazali :
          "Cermin Manusia adalah Nabi Muhammad SAW"
 
  •  Berkata Al Habib Abdullah Bin Abdull Qadir Bin Ahmad Balfaqih :
          "Sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu fiqih"
 
  •  Berkata Al Habib Muhsin Bin Abdullah Al Atthos :
          "Semua para wali di angkat karena hatinya yang bersih, tidak sombong, dengki, dan selalu rendah diri"
 
  •   Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Attas :
          “ Guru yang paling bertaqwa adalah Nabi Muhammad SAW, dan Rasulullah bersabda : “ Aku di didik oleh Tuhanku dengan sebaik-baiknya didikan”.
 
  •  Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Attas :
          ” Terangi rumahmu dengan lampu, dan terangi hatimu dengan Al-Qur’an”.
 
  •  Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Attas :
          ” Bermaksiatlah sepuas kamu pasti kamu akan mati, dan beramal sholehlah pasti kamu akan mati “.
 
  •  Berkata Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Attas :
          ” Jadikan akalmu, hatimu, ruhmu, jasadmu, karena bila semua terisi dengan namanya berbahagialah kamu “.
 
  •  Berkata Al Habib Alwi Bin Muhammad Al Haddad :
          “ Seindah-indahnya tempat di dunia adalah tempat orang-orang yang sholeh, karena mereka bagai  bintang-bintang yang bersinar pada tempatnya di petala langit “.
 
  •   Berkata Ustadzul Imam Al Habib Abdullah Bin Abdul Qadir Bin Ahmad Bilfaqih :
          “ Jadilah orang-orang yang sholeh, karena orang-orang     yang sholeh akan bahagia di dunia dan akherat . Dan jadilah orang-orang yang benar,  jangan menjadi orang yang pintar, karena orang yang pintar belum tentu benar,  tetapi orang yang benar sudah pasti pintar “.
 
  •  Berkata Al Habib Abdurrahman Bin Ahmad Assegaf (Sayyidil Walid ) :
          “ Ilmu itu bagai lautan dan tak akan ada yang mengenalnya kecuali merasakannya “.
 
  •  Berkata Syekh Abu Bakar Bin Salim (Seorang Tokoh Besar di Negri yaman, di Kampung Inat) :
          "Janganlah kau tunda-tunda kebaikan sampai esok hari, karena engkau tak tahu apakah umurmu sampai esok hari".
 
  •  Berkata Sayidina Ali Bin Abu Tholib Ra :
          "Bukanlah seorang pemuda yang membanggakan harta dan kedudukan ayahnya, tetapi seorang pemuda yang berkata inilah aku (Beramal Sholeh)".
 
  •  Berkata Imam Syafi'i :
          "Cintailah orang sholeh, karena mereka memiliki kesholehannya, cintailah Nabi Muhammad SAW, karena dia kekasih Allah SWT, dan cintailah Allah SWT, karena dia kecintaan Nabi dan orang Sholeh".
 
  •  Berkata Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor) :
         "Istiqomah didalam agama menjauhkan kesedihan dan ketakutan".
 
  •  Berkata Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor) :
          "Orang yang buta bukan orang yang melihat banyaknya harta, akan tetapi, yang disebut orang buta, orang yang tak mau melihat ilmu agama".
 
  •  Berkata Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor) :
          "Ilmu membutuhkan amal, amal membutuhkan ikhlas, maka ikhlas mendatangkan keridho'an".
 
  •  Berkata Imam Syafi'i :
          "Ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya tak masuk kepada kemaksiatan".
 
  •  Berkata Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor) :
          "Pemuda yang baik adalah pemuda yang berakhlak :
         1. Ta'at kepada Allah SWT.
         2. Ta'at kepada Nabi Muhammad SAW.
         3. Ta'at kepada orang tua.
         4. Ta'at kepada ulama.".
 
  •  Berkata Al Habib Abdullah Bin Mukshin Al-Attas (Keramat Bogor) :
          "Kunci kesuksesan ada tiga, yaitu :
         1. Menuntut ilmu dan beramal.
         2. Istiqomah dan sabar.
         3. Saling menghormati."
 
  •  Perkataan Ulama
          Sesungguhnya cahaya (Rasulullah) itu apabila masuk kedalam hati maka akan membuat tenang dan terbuka
 
  •  BAB ILMU :
          Nabi Sulaiman as diberikan pilihan antara ilmu atau harta atau tahta kerajaan, lalu dia memilih ilmu maka dia mendapatkan semuanya
 
          Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang beriman dan berilmu yang mana apabila dibutuhkan dia bisa memberi manfaat kepada yang lain dan apabila dia sedang tidak dibutuhkan dia bisa mencukupi dirinya sendiri
 
          Allah SWT memberikan wahyu kepada Nabi Ibrahim as ”Wahai Ibrahim, Aku adalah Zat yang Maha mengetahui yang mencintai setiap orang yang memiliki ilmu pengetahuan”
 
          Orang alim merupakan kepercayaannya Allah SWT dimuka bumi
 
          Kematiannya suatu suku bangsa lebih ringan dibandingkan kematiannya seorang alim
 
          Dua golongan dari umatku apabila mereka bergabung maka manusia akan hidup harmonis dan apabila mereka berselisih maka akan rusak kehidupan manusia. Mereka adalah para ulama dan para pemimpin
 
          Ilmu itu adalah lemari dan kuncinya adalah bertanya maka bertanyalah sesungguhnya dengan sebab bertanya 4 orang ini akan diberi pahala : 1. Orang yg bertanya. 2. Orang alim. 3. Orang yg ikut mendengarkannya. 4. Orang yg mencintai mereka
 
          Tidak ada yang pantas dikasihani kecuali kedua orang ini, Seseorang yg mencari ilmu tapi tidak paham-paham dan seseorang yang tahu kadarnya ilmu tapi tidak mau mencarinya

Silsilah Habib Hassan Bin Ja'far Assegaf

 

Habib Hasan bin Ja’far Assegaf lahir di bogor tahun 1977, di tengah-tengah wilayah para ulama besar termasuk almarhum kakek beliau Al Imam Al Qutub Al Habib Abdullah bin Muhsin Alatas sebagai pemimpin para wali dizamannya. Silsilah beliau menyambung dari ibundanya, yaitu Syarifah Fatmah binti Hasan bin Muhsin bin Abdullah Alatas.

1. Silsilah :
Al Habib Hasan bin Ja’far bin Umar bin Ja’far bin Syekh bin Abdullah bin Seggaf bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin Ahmad bin Adurrahman Seggaf bin Ahmad Syarif bin Abdurrahman bin Alwi bin Ahmad bin Alwi bin Syekhul Kabir Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Maula Dawileh bin Ali bin Alwi Al Ghuyur bin Al Faqihil Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Mirbath bin Ali Kholi Qosam bin Aliw bin Muhammad bin alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far sodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zaenal Abidin bin Al Imam Husein Assibit bin Imam Ali KWH bin Fatimah Al Batul Binti Nabi Muhammad SAW.

2. Guru :

Beliau belajar dengan para habaib dan ulama, diantaranya :
Al Imam Al Hafidz Al Musnid Al Habib Abdullah bin Abdul qadir Bilfaqih dan putera-putera beliau : Habib Abdul qadir bilfaqih, Habib Muhammad bilfaqih, Habib Abdurrahman bilfaqih ( Pondok pesantren Daarul Hadits Al Faqihiyyah, Malang ).
• Syekh Abdullah Abdun, Daruttauhid malang
• Syekh Umar Bafadhol, Surabaya
• Al Imam Al Arif billah Al Habib Abdurrahman bin Ahmad bin Abdul qadir Assegaf dan putera-putera beliau diantaranya Al Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf (Yayasan Ats-Tsaqofah Al Islamiyyah ).
• Al Habib Muhammad Anis bin Alwi Al Habsyi (selaku yang mengijazahkan maulid simtudduror).
• Al Habib Abdullah bin Husein syami Al athas dikediaman beliau R.a.
• Al Habib Abubakar bin Hasan Al athas, Martapura.
• KH. Dimyati, Banten.
• KH. Mama Satibi dan putera beliau, Cianjur.
• KH. Buya Yahya, Bandung
• Muallim Sholeh, Bogor.
Dan masih banyak lagi para ulama lainnya.
3. Dakwah Beliau
Dakwah beliau menjunjung tinggi Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Mengajak para pemuda pemudi, orang-orang tua maupun anak kecil berdzikir dan bersholawat yang dimulai dari :
• Kota bogor
• Sukabumi
• Bandung
• Jakarta dan sekitarnya.
4. Tujuan Dakwah
Mengikuti kakek moyang beliau sampai kejunjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Dan mengajak para muslimin dan muslimat :
• Membaca Al-Qur’an.
• Membaca Ratib Al-Atas dan Ratib Al-Haddad
• Mengenalkan salaf sholihin dengan berziarah kepada para wali Allah ketempat orang-orang sholeh.
• Membesarkan nama Rasulullah dengan pembacaan maulid
Harapan
Bersabda Nabi Muhammad SAW : “ Seorang bersama yang dicintainya “, harapan beliau agar diakui oleh Rasulullah SAW dan datuk-datuknya. Semoga semua ummat Rasulullah SAW mendapat ridho Allah dan syafaat Rasulullah SAW, kelak nanti dihari kiamat masuk surga bersama Nabi Muhammad SAW.
Bersabda Nabi Muhammad SAW : “ Apabila telah tersebar perzinahan, perjudian, permabukan, anak durhaka kepada orang tua, istri durhaka kepada suami dan banyaknya yang makan riba maka masuklah kalian kejalan keluargaku, selamatlah kalian dari malapetaka (Riwayat Abu Daud).

Biografi Al Habib As Sayyid Muhammad Bin Alwi

 
 Al-Musnid Al-Alim Al-Alamah Al-Muhaddith Al-Arif Al-Billah Qutub Rabbani Syeikh Prof. Dr. Habib Sayyid Muhammad Ibn Sayyid Alwi Ibn Sayyid Abbas Ibn Abdul Azizi Al-Maliki Al-Hasani.

As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki adalah salah seorang ulama Islam yang muktabar terutama di era ini tanpa ragu lagi, ulamak yang paling dihormati dan dicintai di kota suci Makkah.

Beliau merupakan keturunan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, penghulu Ahlil Bait, Imam Hadis di zaman kita, pemimpin keempat-empat mazhab, ketua rohani yang paling berkaliber, pendakwah ke jalan Allah, seorang yang tidak goyah dengan pegangannya di dunia ilmiah Islam turath.

|Keluarga|

Keturunan Sayyid merupakan keturunan mulia yang bersambung secara langsung dengan Junjungan kita Muhammad Sallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri. Beliau merupakan waris keluarga Al-Maliki Al-Hasani di Makkah yang masyhur yang merupakan keturunan Rasulullah Sallahu ‘Alaihi Wasallam, melalui cucu Baginda, Imam Al-Hasan bin Ali, Radhiyallahu ‘Anhum.

Keluarga Maliki merupakan salah satu keluarga yang paling dihormati di Makkah dan telah melahirkan alim ulamak besar di Makkah, yang telah mengajar di Makkah berkurun lama.

Lima orang dari keturunan Sayyid Muhammad, telah menjadi Imam Mazhab Maliki di Haram Makkah. Datuk beliau, Al-Sayyid Abbas Al-Maliki, merupakan Mufti dan Qadhi Makkah dan khatib di Masjidil Haram. Beliau memegang jawatan ini ketika pemerintahan Uthmaniah serta Hashimiah, dan seterusnya terus memegang jawatan tersebut setelah Kerajaan Saudi diasaskan. Raja Abdul Aziz bin Sa’ud sangat menghormati beliau. Riwayat lanjut beliau boleh dirujuk pada kitab Nur An-Nibras fi Asanid Al-Jadd As-Sayyid Abbas oleh cucunya As-Sayyid Muhammad Al-Maliki.

Bapa beliau pula, As-Sayyid Alawi Al-Maliki merupakan salah seorang ulamak Makkah terunggul di abad yang lalu. Beliau telah mengajar pelbagai ilmu Islam turath di Masjidil Haram selama hampir 40 tahun. Ratusan murid dari seluruh pelusuk dunia telah mengambil faedah daripada beliau dari kuliah beliau di Masjidil Haram, dan ramai di kalangan mereka telah memegang jawatan penting agama di negara masing-masing.

Malah, Raja Faisal tidak akan membuat apa-apa keputusan berkaitan Makkah melainkan setelah meminta nasihat daripada As-Sayyid Alawi. Beliau telah meninggal dunia pada tahun 1971 dan upacara pengebumiannya merupakan yang terbesar di Makkah sejak seratus tahun. Dalam tempoh 3 hari daripada kematian beliau, Stesyen Radio Saudi tempatan hanya menyiarkan bacaan Al-Quran, sesuatu yang tidak pernah dilakukan kecuali hanya untuk beliau.

Maklumat lanjut tentang As-Sayyid Alawi boleh dirujuk kepada biografinya berjudul Safahat Musyriqah min Hayat Al-Imam As-Sayyid As-Syarif Alawi bin Abbas Al-Maliki oleh anaknya, yang juga merupakan adik kepada As-Sayyid Muhammad, As-Sayyid Abbas Al-Maliki, juga seorang ulamak, tetapi lebih dikenali dengan suara merdunya dan pembaca Qasidah yang paling utama di Arab Saudi. Biografi ini mengandungi tulisan berknaan As-Sayyid Alawi dari ulamak dari seluruh dunia Islam.

Keluarga Maliki juga telah melahirkan ramai lagi ulamak lain, tetapi penulis hanya menyebut bapa dan datuk kepada As-Sayyid Muhammad. Untuk maklumat lanjut, rujuk tulisan-tulisan berkaitan sejarah Makkah dan ulamaknya di abad-abad mutakhir.

|Kelahiran dan Pendidikan Awal|

As-Sayyid Muhammad Al-Hasani bin Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz, dilahirkan pada tahun 1946, di kota suci Makkah, dalam keluarga Al-Maliki Al-Hasani yang terkenal, keluarga Sayyid yang melahirkan ulamak tradisi. Beliau amat beruntung kerana memiliki bapa seperti As-Sayyid Alawi, seorang ulamak paling berilmu di Makkah. Bapa beliau merupakan guru pertama dan utama beliau, mengajar beliau secara peribadi di rumah dan juga di Masjidil Haram, di mana beliau menghafal Al-Quran sejak kecil. Beliau belajar dengan bapa beliau dan diizinkan untuk mengajar setiap kitab yang diajarkan oleh bapa beliau kepada beliau.

|Pendidikan Lanjut|

Dengan arahan bapanya, beliau juga turut mempelajari dan mendalami pelbagai ilmu turath Islam: Aqidah, Tafsir, Hadith, Feqh, Usul, Mustalah, Nahw dan lain-lain, di tangan ulamak-ulamak besar lain di Makkah serta Madinah. Kesemua mereka telah memberikan ijazah penuh kepada beliau untuk mengajar ilmu-ilmu ini kepada orang lain.

Ketika berumur 15 tahun lagi, As-Sayyid Muhammad telah mengajar kitab-kitab Hadith dan Feqh di Masjidil Haram, kepada pelajar-pelajar lain, dengan arahan guru-gurunya. Setelah mempelajari ilmu turath di tanah kelahirannya Makkah, beliau dihantar oleh bapanya untuk menuntut di Universiti Al-Azhar As-Syarif.

Beliau menerima ijazah PhD daripada Al-Azhar ketika berusia 25 tahun, menjadikan beliau warga Arab Saudi yang pertama dan termuda menerima ijazah PhD dari Al-Azhar. Tesis beliau berkenaan Hadith telah dianggap cemerlang dan menerima pujian yang tinggi dari alim ulamak unggul di Al-Azhar ketika itu, seperti Imam Abu Zahrah.

|Perjalanan Mencari Ilmu|

Perjalanan menuntut ilmu merupakan jalan kebanyakan ulamak. As-Sayid Muhammad turut tidak ketinggalan. Beliau bermusafir sejak usia muda untuk menuntut ilmu dari mereka yang memiliki ilmu. Beliau telah bermusafir dengan banyak ke Afrika Utara, Mesir, Syria, Turki, dan rantau Indo-Pak untuk belajar dari alim-ulamak yang hebat, bertemu para Wali Allah, menziarahi masjid-masjid dan maqam-maqam, serta mengumpul manuskrip-manuskrip dan kitab.

Di setiap tempat ini, beliau menemui para ulamak dan auliyak yang agung, dan mengambil faedah daripada mereka. Mereka juga turut tertarik dengan pelajar muda dari Makkah ini dan memberi perhatian istimewa untuk beliau. Kebanyakan mereka telah pun sangat menghormati bapa beliau yang alim, dan merupakan satu kebanggaan memiliki anak beliau sebagai murid.

|Ijazah-ijazah|

Sistem pengajian tradisi atau turath berasaskan kepada ijazah atau ‘keizinan untuk menyampaikan ilmu’. Bukan semua orang boleh mengajar. Hanya mereka yang memiliki ijazah yang diktiraf dari alim-ulamak yang terkenal sahaja yang boleh mengajar. Setiap cabang pengetahuan dan setiap kitab Hadith, Feqh, Tafsir dan lain-lain, mempunyai Sanad-sanad, atau rantaian riwayat yang bersambung sehingga kepada penyusun kitab tersebut sendiri melalui anak-anak muridnya dan seterusnya anak-anak murid mereka. Banyak sanad-sanad yang penting, seperti sanad Al-Qur’an, Hadith dan Tasawwuf, bersambung sehingga kepada Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam.

Sayyid Muhammad mendapat penghormatan dengan menjadi< Shaykh dengan bilangan ijazah terbanyak dalam waktunya. Beliau juga memiliki rantaian sanad terpendek atau terdekat dengan datuknya, Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam.

Di Tanah Arab, tanah kelahirannya, dan dalam permusafiran ilmunya, As-Sayyid Muhammad mendapat lebih dari 200 ijazah dari alim-ulamak teragung di zamannya, di setiap cabang ilmu Islam. Ijazah beliau sendiri, yang beliau berikan kepada murid-muridnya adalah antara yang paling berharga dan jarang di dunia, menghubungkan anak-anak muridnya dengan sejumlah besar para ulamak agung.

Para Masyaikh yang memberikan As-Sayyid Muhammad ijazah-ijazah mereka merupakan ulamak besar dari seluruh dunia Islam. Kita menyebutkan sebahagian mereka:

Dari Makkah:

Bapa beliau yang alim dan guru beliau yang pertama, As-Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki
Shaykh Muhammad Yahya Aman al-Makki
Shaykh al-Sayyid Muhammad al-Arabi al-Tabbani
Shaykh Hasan Sa‘id al-Yamani
Shaykh Hasan bin Muhammad al-Mashshat
Shaykh Muhammad Nur Sayf
Shaykh Muhammad Yasin al-Fadani
Al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi
Al-Sayyid Ishaq bin Hashim ‘Azuz
Habib Hasan bin Muhammad Fad‘aq
Habib Abd-al-Qadir bin ‘Aydarus al-Bar
Shaykh Khalil Abd-al-Qadir Taybah
Shaykh Abd-Allah al-Lahji
Dari Madinah:

Shaykh Hasan al-Sha‘ir, Shaykh al-Qurra of Madinah
Shaykh Diya-al-Din Ahmad al-Qadiri
As-Sayyid Ahmad Yasin al-Khiyari
Shaykh Muhammad al-Mustafa al-Alawi al-Shinqiti
Shaykh Ibrahim al-Khatani al-Bukhari
Shaykh Abd-al-Ghafur al-Abbasi al-Naqshbandi
Dari Hadramawt dan Yaman:

Al-Habib Umar bin Ahmad bin Sumayt, Imam Besar Hadramawt
Shaykh As-Sayyid Muhammad Zabarah, Mufti Yaman
Shaykh As-Sayyid Ibrahim bin Aqeel al-Ba-Alawi, Mufti Ta‘iz
Al-Imam al-Sayyid Ali bin Abd-al-Rahman al-Habshi
Al-Habib Alawi ibn Abd-Allah bin Shihab
As-Sayyid Hasan bin Abd-al-Bari al-Ahdal
Shaykh Fadhl bin Muhammad Ba-Fadhal
Al-Habib Abd-Allah bin Alawi al-Attas
Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafeez
Al-Habib Ahmad Mashhur al-Haddad
Al-Habib Abd-al-Qadir al-Saqqaf
Dari Syria:

Shaykh Abu-al-Yasar ibn Abidin, Mufti Syria
Shaykh As-Sayyid al-Sharif Muhammad al-Makki al-Kattani, Mufti Maliki
Shaykh Muhammad As‘ad al-Abaji, Mufti Shafi‘i
Shaykh As-Sayyid Muhammad Salih al-Farfur
Shaykh Hasan Habannakah al-Maydani
Shaykh Abd-al-Aziz ‘Uyun al-Sud al-Himsi
Shaykh Muhammad Sa‘id al-Idlabi al-Rifa‘i
Dari Mesir:

Shaykh As-Sayyid Muhammad al-Hafiz al-Tijani, Imam Hadith di Mesir
Shaykh Hasanayn Muhammad Makhluf, Mufti Mesir
Shaykh Salih al-Ja‘fari, Imam Masjid Al-Azhar
Shaykh Amin Mahmud Khattab al-Subki
Shaykh Muhammad al-‘Aquri
Shaykh Hasan al-‘Adawi
Shaykh As-Sayyid Muhammad Abu-al-‘Uyun al-Khalwati
Shaykh Dr. Abd-al-Halim Mahmud, Syeihkul Azhar
Dari Afrika Utara (Maghribi, Algeria, Libya dan Tunisia):

Shaykh As-Sayyid As-Sharif Abd-al-Kabir al-Saqali al-Mahi
Shaykh As-Sayyid Abd-Allah bin Al-Siddiq Al-Ghimari, Imam Hadith
Shaykh As-Sayyid Abd-al-Aziz bin Al-Siddiq al-Ghimari
As-Sharif Idris al-Sanusi, Raja Libya
Shaykh Muhammad At-Tahir ibn ‘Ashur, Imam Zaytunah, Tunis
Shaykh al-Tayyib Al-Muhaji al-Jaza’iri
Shaykh Al-Faruqi Al-Rahhali Al-Marrakashi
Shaykh As-Sayyid As-Sharif Muhammad al-Muntasir al-Kattani
Dari Sudan:

Shaykh Yusuf Hamad An-Nil
Shaykh Muddassir Ibrahim
Shaykh Ibrahim Abu-an-Nur
Shaykh At-Tayyib Abu-Qinayah
Dari Rantau Indo-Pak:

Shaykh Abu-al-Wafa al-Afghani Al-Hanafi
Shaykh Abd-al-Mu‘id Khan Hyderabadi
Al-Imam Al’Arif Billah Mustafa Rida Khan al-Barelawi, Mufti India
Mufti Muhammad Shafi’ Al-Deobandi, Mufti Pakistan
Mawlana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi, Imam Hadith
Mawlana Zafar Ahmad Thanawi
Shaykh Al-Muhaddith Habib-al-Rahman Al-‘Azami
Sayyid Abu-al-Hasan Ali An-Nadawi
Senarai ini hanya merupakan ulamak masyhur yang Syaikh kita telah mendapat ijazah darinya, dan di sana terdapat ramai lagi yang tidak disebutkan. Pada As-sayyid Muhammad Alawi, seseorang akan mendapati nilai terbaik dari para Masyaikh ini dalam pelabagai latarbelakang dan pengkhususan.

|Karier Mengajar|

Kalimah karier sebenarnya mungkin tidak sesuai untuk digunakan untuk menggambarkan aktiviti mengajar As-Sayyid Muhammad, kerana kalimah ini amat hampir kaitannya dengan keuntungan material. Sementara beliau, seperti mana Masyaikh tradisi yang lain, juga seperti keturunannya sebelum beliau, mengajar hanya kerana Allah dan tidak mengharapkan keuntungan material langsung.

Malahan, beliau menempatkan sejumlah besar pelajar di rumahnya sendiri, menyediakan untuk mereka makan minum, penginapan, pakaian, kitab-kitab serta segala keperluan mereka. Sebagai balasan, mereka hanya diminta mengikuti peraturan dan etika penuntut ilmu agama yang suci. Pelajar-pelajar ini biasanya menetap bersama beliau bertahun-tahun lamanya, mempelajari pelbagai cabang ilmu Islam, dan seterusnya kembali ke negeri masing-masing. Ratusan dari para pelajar telah menuntut di kaki beliau dan telah menjadi pelopor pengetahuan Islam dan kerohanian di negara mereka, terutamanya di Indonesia, Malaysia, Mesir, Yaman dan Dubai.

Bagaimanapun apabila pulang dari Al-Azhar, beliau dilantik sebagai Profesor Pengajian Islam di Universiti Ummul Qura di Makkah, yang mana beliau telah mengajar sejak tahun 1970.

Pada tahun 1971, sebaik bapanya meninggal dunia, para ulamak Makkah meminta beliau untuk menggantikan tempat bapanya sebagai guru di Masjidil Haram. Beliau menerimanya, lantas menduduki kedudukan yang telah diduduki oleh keluarganya lebih dari seabad. Beliau juga kadang kala mengajar di Masjid Nabi di Madinah. Kuliah pengajian beliau merupakan kuliah yang paling ramai dihadiri di kedua-dua Tanah Haram.

Bagaimanapun pada awal tahun 80-an, beliau telah mengosongkan kedudukan mengajarnya di Universiti Ummul Qura juga kerusi warisannya di Masjidil Haram, memandangkan fatwa dari sebahgian ulamak fanatik fahaman Wahhabi, yang menganggap kewujudannya sebagai ancaman kepada ideologi dan kekuasaan mereka.

Sejak itu, beliau mengajar kitab-kitab agung Hadith, Fiqh, Tafsir dan tasawwuf di rumah dan masjidnya di Jalan Al-Maliki di Daerah Rusayfah, Makkah. Kuliah-kuliah umumnya antara waktu Maghrib dan Isyak dihadiri tidak kurang daripada 500 orang setiap hari. Ramai pelajarnya daripada Universiti menghadiri pengajiannya di waktu malam. Sehingga malam sebelum beliau meninggal dunia, majlisnya dipenuhi penuntut.

Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki amat dihormati oleh Kerajaan Arab Saudi dan selalu diminta nasihat dari Raja sendiri dalam urusan-urusan yang penting. Beliau juga dilantik sebagai ketua juri dalam Musabaqah Qur’an antarabangsa di Makkah selama tiga tahun berturut-turut.

|Karya Beliau|

Sayyid Muhammad merupakan seorang penulis prolifik dan telah menghasilkan hampir seratus buah kitab. Beliau telah menulis dalam pelbagai topik agama, undang-undang, social serta sejarah, dan kebanyakan bukunya dianggap sebagai rujukan utama dan perintis kepada topik yang dibicarakan dan dicadangkan sebagai buku teks di Institusi-institusi Islam di seluruh dunia.

Kita sebutkan sebahagian hasilnya dalam pelbagai bidang:
Aqidah:

Mafahim Yajib an Tusahhah
Manhaj As-salaf fi Fahm An-Nusus
At-Tahzir min at-Takfir
Huwa Allah
Qul Hazihi Sabeeli
Sharh ‘Aqidat al-‘Awam
Tafsir:

Zubdat al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an
Wa Huwa bi al-Ufuq al-‘A’la
Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ulum al-Quran
Hawl Khasa’is al-Quran
Hadith:

Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif
Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi ‘Ilm Mustalah al-Hadith
Fadl al-Muwatta wa Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bihi
Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik
Sirah:

Muhammad (Sallallahu Alaihi Wasallam) al-Insan al-Kamil
Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyyah
‘Urf al-Ta’rif bi al-Mawlid al-Sharif
Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa M’iraj Khayr al-Bariyyah
Al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah
Zikriyat wa Munasabat
Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah Khadijah al-Kubra
Usul:

Al-Qawa‘id al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh
Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh
Mafhum al-Tatawwur wa al-Tajdid fi al-Shari‘ah al-Islamiyyah
Fiqh:

Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa ‘Alamiyyatuha
Labbayk Allahumma Labbayk
Al-Ziyarah al-Nabawiyyah bayn al-Shar‘iyyah wa al-Bid‘iyyah
Shifa’ al-Fu’ad bi Ziyarat Khayr al-‘Ibad
Hawl al-Ihtifal bi Zikra al-Mawlid al-Nabawi al-Sharif
Al-Madh al-Nabawi bayn al-Ghuluww wa al-Ijhaf
Tasawwuf:

Shawariq al-Anwar min Ad‘iyat al-Sadah al-Akhyar
Abwab al-Faraj
Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar
Al-Husun al-Mani‘ah
Mukhtasar Shawariq al-Anwar
Lain-lain:

Fi Rihab al-Bayt al-Haram (Sejarah Makkah)
Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-‘Asabiyyah (Kajian Berkaitan Orientalis)
Nazrat al-Islam ila al-Riyadah (Sukan dalam Islam)
Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da‘wah ila Allah (Teknik Dawah)
Ma La ‘Aynun Ra’at (Butiran Syurga)
Nizam al-Usrah fi al-Islam (Peraturan Keluarga Islam)
Al-Muslimun Bayn al-Waqi‘ wa al-Tajribah (Muslimun, Antara Realiti dan Pengalaman)
Kashf al-Ghumma (Ganjaran Membantu Muslimin)
Al-Dawah al-Islahiyyah (Dakwah Pembaharuan)
Fi Sabil al-Huda wa al-Rashad (Koleksi Ucapan)
Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah (Kemulian Ummah Islamiyyah)
Usul al-Tarbiyah al-Nabawiyyah (Metodologi Pendidikan Nabawi)
Nur al-Nibras fi Asanid al-Jadd al-Sayyid Abbas (Kumpulan Ijazah Datuk beliau, As-Sayyid Abbas)
Al-‘Uqud al-Lu’luiyyah fi al-Asanid al-Alawiyyah (Kumpulan Ijazah Bapa beliau, As-Sayyid Alawi)
Al-Tali‘ al-Sa‘id al-Muntakhab min al-Musalsalat wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah)
Al-‘Iqd al-Farid al-Mukhtasar min al-Athbah wa al-Asanid (Kumpulan Ijazah)
Senarai di atas merupakan antara kitab As-Sayyid Muhammad yang telah dihasilkan dan diterbitkan. Terdapat banyak lagi kitab yang tidak disebutkan dan juga yang belum dicetak.

Kita juga tidak menyebutkan banyak penghasilan turath yang telah dikaji, dan diterbitkan buat pertama kali, dengan nota kaki dan komentar dari As-Sayyid Muhammad. Secara keseluruhannya, sumbangan As-Sayyid Muhammad amat agung.

Banyak hasil kerja As-Sayyid Muhammad telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa.

Aktiviti lain

As-Sayyid Muhammad merupakan seorang pembimbing kepada ajaran dan kerohanian Islam yang sebenar dan telah bermusafir ke serata Asia, Afrika, Eropah dan Amerika, menyeru manusia ke arah kalimah Allah dan Rasul terakhir-Nya Muhammad Sallahu Alaihi Wassalam.

Di Asia Tenggara khasnya, As-Sayyid Muhammad secara peribadi telah mengasaskan dan membiayai lebih 70 buah Sekolah Islam untuk melawan aktiviti dakyah Kristian. Sejumlah besar penganut Kristian dan Budha telah memeluk Islam di tangannya hanya setelah melihat Nur Muhammad yang bersinar di wajahnya.

Ke mana sahaja beliau pergi, para pemimpin, ulamak dan masyarakat di tempat tersebut akan menyambutnya dengan penuh meriah. Beliau seringkali memberi ceramah kepada ratusan ribu manusia.

Beliau amat disayangi dan dicintai oleh Muslimin di seluruh dunia, bukan sahaja kerana beliau keturunan Rasulullah, tetapi juga kerana ilmunya yang luas, hikmahnya, akhlak serta watak rohaninya. Beliau juga amat terkenal amat pemurah dengan ilmu, kekayaan dan masanya.

Pendekatan

As-Sayyid Muhammad mengikuti dan menyelusuri tradisi arus utama dan majoriti Islam, jalan Ahlu Sunnah Waljamaah, jalan toleransi dan sederhana, pengetahuan dan kerohanian, serta kesatuan dalam kepelbagaian.

Beliau percaya kepada prinsip berpegang dengan empat mazhab yang masyhur, tetapi tanpa fanatik. Beliau mengajar rasa hormat kepada ulamak dan Awliyak agung yang lepas.

Beliau menentang sikap sewenang-wenangnya mengatakan Muslim lain sebagai Kafir dan Musyrik, yang telah menjadi tanda dan sifat utama sebahagian fahaman hari ini.

Beliau amat menentang dan kritis terhadap mereka yang digelar reformis (Islah) abad ke-20 yang dengan mudah ingin menghapuskan Islam generasi terdahulu menggunakan nama Islam yang suci.

Beliau juga memahami bahawa mencela kesemua Ash’ari, atau kesemua Hanafi, Syafi’e dan Maliki, kesemua sufi, seperti mana yang dilakukan oleh sebahagian fahaman hari ini adalah sama dengan mencela keseluruhan Ummah Islam ribuan tahun yang lampau. Ia hanya merupakan sifat dan pendekatan musuh Islam, dan bukannya rakan.

Sayyid Muhammad juga amat mempercayai bahawa ulamak –ulamak Mazhab yang agung – mengikuti Sunni-Sufi – sejak beratus tahun yang lalu, adalah penghubung kita kepada Al-Quran dan Assunnah, dan bukanlah penghalang antara keduanya dengan kita, seperti yang dipercayai sesetengah pihak.

Kefahaman yang benar berkenaan Al-Quran dan Sunnah ialah kefahaman yang berasaskan tafsiran para ulamak agung Islam, dan bukan dengan sangkaan para ekstrimis zaman moden ini yang tidak berfikir dua kali sebelum mencela majoriti Muslim di seluruh dunia. Sayyid Muhammad juga berpendapat majoriti ummah ini adalah baik. Kumpulan-kumpulan minoriti yang fanatiklah yang perlu mengkaji semula fahaman ekstrim mereka.

Sayyid Muhammad merupakan pendukung sebenar Sufi yang berasaskan Syariah, Sufi para Awliya’ agung dan solehin ummah ini. Beliau sendiri merupakan mahaguru kerohanian di tingkat yang tertinggi, berhubungan dengan kebanyakan peraturan kerohanian Islam, melalui para Masyaikh Tariqah yang agung.

Beliau turut mempercayai bahawa membaca Zikir, samaada secara bersendirian atau berkumpulan, adalah bahagian penting dalam kerohanian seseorang. Semua pelajarnya dimestikan bertahajjud dan membaca wirid pagi dan petang.

Sayyid Muhammad juga beranggapan, ummat Islam perlu menggunakan segala hasil yang ada untuk meningkatkan taraf ummah mereka dari sudut kerohanian, masyarakat dan juga material, dan tidak membuang masa yang berharga dengan berbalah pada perkara-perkara kecil. Beliau percaya Muslim tidak seharusnya mencela satu sama lain dalam perkara yang telah diselisihkan oleh para ulamak. Mereka sebaliknya perlu berganding bahu bersama untuk memerangi apa yang telah disepekati sebagai kejahatan dan dosa.

Pandangan dan pendirian Sayyid Muhammad ini digambarkan dalam tulisannya yang terkenal, Mafahim Yajib An Tusahhah (Kefahaman Yang Perlu Diperbetulkan), sebuah buku yang mendapat penghargaan meluas di seluruh dunia Islam dan diiktiraf tinggi di lingkaran para ulamak.

Penutup

Tidak diragui lagi, kehadiran Sayyid Muhammad Alawi merupakan rahmat buat ummah ini. Beliau merupakan waris kepada kekasih kita Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam dari sudut darah daging serta kerohanian. Masyarakat Makkah dan Madinah teramat mencintai beliau seperti mana dilihat pada solat jenazah beliau.

Siapa sahaja yang pernah menemui beliau jatuh cinta dengan beliau. Rumahnya di kota suci Makkah sentiasa terbuka sepanjang tahun untuk ulamak dan para penuntut yang menziarahi, ribuan orang yang menuju kepadanya. Beliau juga tidak kenal erti takut dalam berkata yang benar dan telah mengalami detik-detik kepayahan kerana kebenaran. Walaubagaimanapun pertolongan Allah kelihatan sentiasa bersama dengannya. RadhiyAllahu Anhu WaArdhaah. Ameen.

Maklumat lanjut kehidupan dan pencapaiannya boleh dirujuk biografinya yang hebat bertajuk, Al-Maliki ‘Alim Hijjaz, karangan penulis dan sejarahwan terkenal Makkah, Dr Zuhayr Kutbi.

Pemergiannya

Beliau telah meninggalkan kita pada hari Jumaat, 15 Ramadhan (bersesuaian dengan doanya untuk meninggal dunia pada bulan Ramadhan), dalam keadaan berpuasa di rumahnya di Makkah. Kematiannya amat mengejutkan.

Benar.. Ia adalah satu kehilangan yang besar.. Ucapan takziah diucapkan dari seluruh dunia Islam. Solat janazah beliau dilakukan di seluruh pelusuk dunia.

Beliau telah pergi pada bulan Ramadhan dan pada hari Jumaat.

Beliau diimamkan oleh adiknya As-Sayyid Abbas, dan seterusnya di Masjidil Haram dengan Imam Subayl)… Ratusan ribu manusia membanjiri upacara pengebumiannya. Semua orang menangis dan sangat bersedih… Ia merupakan satu situasi yang tidak dapat dilupakan… Allahu Akbar…

Betapa hebatnya beliau… betapa besarnya kehilangan ini… Betapa ramainya yang menyembahyangkannya… Saya tahu mata saya tidak pernah menyaksikan seorang spertinya… Seorang yang amat dicintai oleh masyarakat seperti beliau… seorang ulamak yang berkaliber dan berpengetahuan serta berhikmah…

Terdapat sekurang-kurangnya 500 orang tentera diperintah oleh kerajaan Arab Saudi di perkuburan Ma’ala untuk mengawal ribuan orang yang menangisinya. Kerabat diraja juga turut hadir. Para manusia menempikkan Kalimah dengan kuat sepanjang uapcara pengebumian beliau, memenuhi Makkah dari Masjidil Haram sehingga ke tanah perkuburan.

Beliau disemadikan di sebelah bapanya, berhampiran maqam nendanya Sayyidah Khadijah. Sebelum beliau meninggal dunia, beliau ada menghubungi seorang pelajar lamanya di Indonesia melalui telefon dan bertanyanya adakah dia akan datang ke Makkah pada bulan Ramadhan. Apabila dia menjawab tidak, Sayyid Muhammad bertanya pula, “tidakkah engkau mahu menghadiri pengebumianku?”

Tepat sekali, beliau pergi pada bulan Ramadhan di pagi Jumaat… apakah lagi bukti yang diperlukan menunjukkan penerimaan Allah?! Makkah menangisi pemergiannya… Seluruh dunia Islam menangisi kehilangannya. Moga Allah menganugerahkan beliau tempat yang tertinggi di Jannah, bersama-sama kekasihnya dan datuknya Rasulullah Sallahu Alaihi Wasallam. Amin.


Thursday 26 December 2013

Qosidah Ya Dzakirin


يـَا ذَا كِــر ِ يـْنَ النـَّبِي ْ فُذْ تُمْ بِذِ كْــرِ الْحَبِـيْبْ
حَبِـيْب ِ رَ بـِّيْ إِلى الرَّ حْمنِ أَقْرَبْ قَرِ يْبْ
Wahai para pengingat Nabi (SAW) beruntunglah kalian dengan mengingat Sang Kekasih,
Kekasih Penciptaku yang sangat teramat dekat dengan Yang Maha Pengasih.
حَبِـيْبِ قَدْرُ هْ لَدَ ي الْـمَــوْ لَى وَ ِسـيْعٌ رَ حِـيْبْ
لَــهُ الْــوَ جَـا هَـات ِ فِي يَــوْ مِ اللِّـقَاءِ الـعَـصِـيْبْ
Kekasih yang derajatnya di sisi Tuhan sangat Luas dan Terhormat,
Pemilik Kewibawaan di hari pertemuan yang sangat sulit.
وَ لـِلرُّ سْلِ أَجْـمَـعِيْنَ فِي الْــيَــوْمِ ذَاكَ الْـخَطِـيْبْ
شَــمْـسِ الْـهُـدي مَـا بـَـدَ ا غَـا بـَتْ وَ لاَ بـَا تَــغِيْبْ
Dan di hadapan para Nabi dan Rasul di hari itu, Beliaulah yang akan menjadi juru bicara,
Matahari Hidayah yang tak pernah terbenam dan tak akan sirna cahayanya.
عَــلَــيْهِ صَلّى إِلــهِــي مَـا سَــجَــعْ عَـــنـْدَ لِـــيـْبْ
يَـا ذَا كِرِ يـْنَ الــنَّــبـِيْ مَرْ بَــعْكُمْ أَمْس خَـصِيْبْ
Atasnya Limpahan Shalawat Allah sebanyak riuhnya kicauan burung,
Wahai para pengingat Nabi (SAW) amal pahala kalian akan sangat menguntungkan kelak.
بِذِ كْرِ طـــهَ إِلـى الْــمَـــوْ لى أَنــَـابَ الْــمُـنِـيـْبْ
بِذ ِ كْرِ طــهَ إِلـى الــدَّ عْــوَ هْ أ َجَـابَ الْمُجِـيْبْ
Dengan mengingat Nabi Thahaa (SAW) terluhurkanlah hamba yang beribadah,
Dengan mengingat Nabi Thahaa (SAW) maka seruan kemuliaan didengar oleh mereka yang terpilih menjawabnya.
وَ مَنْ تَــقَـبـَّضْ بـِحَــبـْلِــهِ قَـطْ مَــا بـَـا يَـخِـيْبْ
هَــيَّـا اسْـتَـجِـيْـبُـو اوَ جِدْ وَ اسْـعَـفَ مَـنْ يَـسْـتَـجِـيْبْ
Barangsiapa yang berpegang dengan Tali Sunnahnya, tak akan dikecewakan,
Marilah bersama-sama mendatangi seruannya, bersemangatlah dan bergegaslah pada Sang Penyeru !
فَـقَدْ دَ عَــتْـكُمْ د َوَ ا عِيْ شَـانْــهَـا اَمْرٌ غَرِ يـْبْ
تـُـفْـضِيْ بِـمَنْ قَدْ صَـدَ قْ إِلى الْــفَـــنَـاءِ الرَ حِـيْبْ
Sungguh telah menyeru kalian, seruan-seruan keluhuran yang mengandung rahasia agung,
Barangsiapa yang bersungguh-sungguh akan tersucikan kepada keluhuran dan kemurnian yang agung.
حَــيْثُ الـتَّـجـَــلِّيْ مِـنَ الرَّ حْـمنِ نـِـعْمَ الْــقَرِ يـْبْ
بِـعَـذْ بِ وَ دِّ هْ وَ اِحْـسَـا نٍ وَ فَـضْلٍ عَــجِـيْـبْ
Ketika Arrahman memperlihatkan kenikmatan yang sudah menanti,
Dengan manisnya Kelembutan Santunan Nya, Anugerah dan Pemberian yang luar biasa.
إِصْحَــبْـهُ بـِا لـذِّ كْرِ تُـصْـبِــحْ فِي الْـــبـَــقَـا لُــهْ صَـحِـيْـبْ
فِي دَ ارِ احْـسـَــانِ مَـنْ يـَسْـمَــعْ لِـعَــبـْدِ هْ يُـجِـيْـبْ
Bersahabatlah dengannya (SAW) dengan selalu mengingatnya,
maka engkau akan mendapatkan teman yang abadi (Rasul SAW),
Di Istana Anugerah, maka barangsiapa yang mendengar seruan ini, sepantasnya ia menjawabnya.
طَـا بـَتْ لِــمَـنْ عَـاشَ خَـا ئِــفْ لـِلْمُــهَــيْـمِنْ رَ قِــيْـب
الـذِّ كْرِ لـِلْـمُصـْـطَفى هُو شُرْ بـُــنـَا لاَ الذَّ بـِيـْبْ
Maka terluhurkanlah mereka yang hidup dengan risau (tidak menganggap remeh) terhadap
Yang Maha Memelihara yang selalui mengawasi,
Mengingat Musthafa (SAW) itulah minuman kami yang sangat lezat.
وَ فِّرْ لــَــنـَـا يـَـا إِلــهِـيْ مِـنْ وِ دَ ادِهْ نــَــصِـيْبْ
وَ صَــلِّى مـَـاالْـــبَرْ قِ لَــعْـلَــعْ أَوْ أَ جَـابَ الْمُـجِيْبْ
Maka Anugerahilah kami Wahai Tuhanku, bagian dari kelembutan-kelembutan kasih sayangnya,
Dan Limpahkan Shalawat sebagaimana kilauan kilat, dan saat (kami) menjawab seruan.
عَـــلَــيْهِ وَ آلِــــهِ جَــمِـيْـعًـا ثُمَّ مَـنْ لُــهْ صَـحِـيْبْ
وَ اجْــمَــعْ بِــهِ الــشَّــمْـلِ يـَـا رَ بِّ الـسَّــمَـا يـَـا مُـجِـيْبْ
Atasnya dan semua keluarganya lalu semua yng bersahabat dengannya,
Dan kumpulkanlah baginya kemuliaan Wahai Pemilik Langit, Wahai yang menjawab do’ a.
عَــلَى الْــــهَـــنَـا و َ الْــمَـــسَـرَّ هْ وَ الصَّـــفَـا الَـــعَـجِـيْـبْ
نُـسْـقَـى بِـكَا سِـهْ كَـفَى و َاللهِ نــِـعْـمَ الْـحَـسِـيْبْ
Maka dalam limpahan kebahagiaan dan kegembiraan dan kesucian yang indah,
Kami dilimpahi dengan cangkir-cangkir luhurnya, maka cukuplah bagi kami Allah semulia-mulia Pemberi kecukupan.

Tuesday 24 December 2013

Biografi Nabi Khidir 'Alaihissalam

BIOGRAFI NABI KHIDHIR AS.

Daftar Isi:

1)      Asal-usul Khidhir As.
2)      Kisah Khidhir As. dengan Musa As.
a.       Teguran Allah kepada Musa As.
b.      Persyaratan belajar
3)      Hikmah Kisah Khidhir As.
4)      Mencari Khidhir As.
5)      Hidup dan Wafat Khidhir As.
6)      Usia Khidhir As.
7)      Doa Khidhir As. (Doa Tolak Bala)
8)      Catatan kaki


1)      Asal-usul Khidhir As.

Al-Khiḍhr (Arab: لخضرا, Khaḍhr, Khaḍhir, Khiḍhir) adalah seorang nabi misterius yang dituturkan oleh Allah Swt. dalam al-Qur'an Surat al-Kahfi ayat 65-82. Selain kisah tentang Nabi Khidhir As. yang mengajarkan tentang ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa As., asal-usul dan kisah lainnya tentang Nabi Khidhir As. tidak banyak disebutkan.

Dalam buku berjudul “Mystical Dimensions of Islam”, Annemarie Schimmel menyebutkan bahwa Nabi Khidhir As. dianggap sebagai salah satu nabi dari empat nabi ‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga lainnya adalah Idris (Henokh), Ilyas (Elia), dand Isa (Yesus).[1] 

Nabi Khidhir As. abadi karena ia dianggap telah meminum air kehidupan. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa Nabi Khidhir As. adalah masih sama dengan seseorang yang bernama Elia.[2] 

Nabi Khidhir As. juga diidentifikasikan sebagai St. George.[3] Diantara pendapat awal para cendikiawan Barat, Rodwell menyatakan bahwa: “Karakter Khidhir dibentuk dari Yitro.[4]

Dalam kisah literatur Islam, satu orang bisa bermacam-macam sebutan nama dan julukan yang telah disandang oleh Nabi Khidhir As. Beberapa orang mengatakan Khidhir adalah gelarnya; yang lainnya menganggapnya sebagai nama julukan.[5] 

Nabi Khidhir As. telah disamakan dengan St. George, dikenal sebagai “Elia versi Muslim” dan juga dihubungkan dengan Pengembara abadi.[6] Para cendikiawan telah menganggapnya dan mengkarakterkan sosoknya sebagai orang suci, nabi, pembimbing nabi yang misterius dan lain lain.

Al-Khiḍhr secara harfiah berarti “Seseorang yang Hijau” melambangkan kesegaran jiwa, warna hijau melambangkan kesegaran akan pengetahuan “berlarut langsung dari sumber kehidupan.”

Dalam situs Encyclopædia Britannica, dikatakan bahwa Nabi Khidhir As. telah diberikan sebuah nama, yang paling terkenal adalah Balyā bin Malkān.[7]

Nabi Khidhir As. adalah sepupu Dzul Qarnain (Raja Zulkarnain) dari pihak ibu.[8] Menurut Ibnu Abbas, Nabi Khidhir As. adalah seorang anak cucu Nabi Adam As. yang taat beribadah kepada Allah dan ditangguhkan ajalnya.[9] Ibunya berasal dari Romawi sedangkan bapaknya keturunan bangsa Parsi.[10]

Kemudian Mahmud al-Alusi menambahkan bahwa ia tidak membenarkan semua pendapat mengenai riwayat asal-usul Nabi Khidhir As., tetapi an-Nawawi mengatakan bahwa ia adalah seorang putra raja.[11]


2)      Kisah Khidhir As. dengan Nabi Musa As.

a.      Teguran Allah kepada Musa As.

Kisah Nabi Musa As. dan Nabi Khidhir As. dituturkan oleh al-Qur'an dalam Surat al-Kahfi ayat 65-82. Menurut Ibnu AbbasUbay bin Ka'ab menceritakan bahwa beliau mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya: “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa: “Aku”. Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firmanNya: “Sesungguhnya di sisiKu ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.”

Lantas Musa pun bertanya: “Wahai Tuhanku, di manakah aku dapat menemuinya?”

Allah pun berfirman: “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hambaKu itu.”

Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa As. untuk menemui hamba yang shalih itu. Disamping itu, Nabi Musa As. juga ingin sekali mempelajari ilmu dari hamba Allah yang shalih tersebut.

Nabi Musa As. kemudiannya menunaikan perintah Allah itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun.

Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah Swt. membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah menghidupkan semula ikan yang telah mati itu.

Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya' tertidur dan ketika terjaga beliau lupa untuk menceritakannya kepada Nabi Musa As. Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya.

“Nabi Musa berkata kepada Yusya`: “Bawalah ke mari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” (QS. al-Kahfi ayat 62)

Ibn `Abbas Ra. berkata: “Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hambaNya yang lebih berilmu itu.”
Yusya’ berkata kepada Nabi Musa As.: “Tahukah guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh.” (QS. al-Kahfi ayat 63)

Nabi Musa As. segera teringat sesuatu, bahwa mereka sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya tersebut. Kini, keduanya berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan.

Musa berkata: “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (QS. al-Kahfi ayat 64)

Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Nabi Musa As. dengan Nabi Khidhir As. Ada yang mengatakan bahawa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Parsia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Disamping itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.


b.      Persyaratan belajar

Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa As. pun mengucapkan salam kepadanya. Nabi Khidhir As. menjawab salamnya dan bertanya: “Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan. Siapakah kamu?”

Jawab Nabi Musa As.: “Aku adalah Musa.”

Nabi Khidhir As. bertanya lagi: “Musa dari Bani Isra’il?”

Nabi Musa As. menjawab: “Ya. Aku datang menemui tuan supaya tuan dapat mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada tuan.”

Nabi Khidhir As. menegaskan: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku.” (QS. al-Kahfi ayat 67). “Wahai Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebagian daripada karunia Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya.”

Nabi Musa berkata: “Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun.” (QS. al-Kahfi ayat 69).

Dia (Khidhir) selanjutnya mengingatkan: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (QS. al-Kahfi ayat 70).



c.       Perjalanan Khidr As. dan Musa As.

Demikianlah seterusnya Musa mengikuti Khidhir dan terjadilah beberapa peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahwa ia tidak akan bertanya tentang sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidhir As. Setiap tindakan Nabi Khidhir As. itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa As. terperanjat.

Kejadian yang pertama adalah saat Nabi Khidhir As. menghancurkan perahu yang ditumpangi bersama. Nabi Musa As. tidak kuasa untuk menahan hatinya untuk bertanya kepada Nabi Khidhir As. Nabi Khidhir As. memperingatkan janji Nabi Musa As., dan akhirnya Nabi Musa As. meminta maaf karena kelancangannya mengingkari janjinya untuk tidak bertanya terhadap setiap tindakan Nabi Khidhir As.

Selanjutnya setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidhir As. membunuh seorang anak yang sedang bermain dengan kawan-kawannnya. Peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidhir As. tersebut membuat Nabi Musa As. tak kuasa untuk menanyakan hal tersebut kepada Nabi Khidhir As. Nabi Khidhir As. kembali mengingatkan janji Nabi Musa As., dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Khidhir As., jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa As. harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidhir As.

Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai di suatu wilayah perumahan. Mereka kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar. Namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa As. merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidhir As. malah menyuruh Nabi Musa As. untuk bersama-sama memperbaiki tembok rumah yang rusak di daerah tersebut. Nabi Musa As. tidak kuasa kembali untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidhir As. ini yang membantu memperbaiki tembok rumah setelah penduduk mendzalimi mereka. Akhirnya Nabi Khidhir As. menegaskan pada Nabi Musa As. bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa As. untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa As. tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan perjalannya bersama dengan Nabi Khidhir As.

Selanjutnya Nabi Khidhir As. menjelaskan mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa As. bertanya. Kejadian pertama adalah Nabi Khidhir As. menghancurkan perahu yang mereka tumpangi karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu miliki rakyatnya.

Kejadian yang kedua, Nabi Khidhir As. menjelaskan bahwa beliau membunuh seorang anak karena kedua orang tuanya adalah pasangan yang beriman dan jika anak ini menjadi dewasa dapat mendorong bapak dan ibunya menjadi orang yang sesat dan kufur. Kematian anak ini digantikan dengan anak yang shalih dan lebih mengasihi kedua bapak-ibunya hingga ke anak cucunya.

Kejadian yang ketiga, Nabi Khidhir As. menjelaskan bahwa tembok rumah yang diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota tersebut. Di dalam rumah tersebut tersimpan harta karun yang ditujukan untuk mereka berdua. Ayah kedua kakak beradik ini telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang shalih. Jika tembok rumah tersebut runtuh, maka bisa dipastikan bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang di kota itu yang sebagian besar masih menyembah berhala, sedangkan kedua kakak beradik tersebut masih cukup kecil untuk dapat mengelola peninggalan harta ayahnya. Dipercaya tempat tersebut berada di negeri AntakyaTurki.

Akhirnya Nabi Musa As. sadar hikmah dari setiap perbuatan yang telah dikerjakan Nabi Khidhir As. Akhirya mengerti pula Nabi Musa As. dan merasa amat bersyukur karena telah dipertemukan oleh Allah Swt. dengan seorang hamba Allah yang shalih yang dapat mengajarkan kepadanya ilmu yang tidak dapat dituntut atau dipelajari yaitu ilmu ladunni. Ilmu ini diberikan oleh Allah Swt. kepada siapa saja yang dikehendakiNya. Nabi Khidhir As. yang bertindak sebagai seorang guru banyak memberikan nasihat dan menyampaikan ilmu seperti yang diminta oleh Nabi Musa As. dan Nabi Musa As. menerima nasihat tersebut dengan penuh rasa gembira.

Saat mereka di dalam perahu yang ditumpangi, datanglah seekor burung lalu hinggap di ujung perahu itu. Burung itu meneguk air dengan paruhnya, lalu Nabi Khidhir As. berkata: “Ilmuku dan ilmumu tidak berbanding dengan ilmu Allah, Ilmu Allah tidak akan pernah berkurang seperti air laut ini karena diteguk sedikit airnya oleh burung ini.”

Sebelum berpisah, Nabi Khidhir As. berpesan kepada Nabi Musa As.: “Jadilah kamu seorang yang tersenyum dan bukannya orang yang tertawa. Teruskanlah berdakwah dan janganlah berjalan tanpa tujuan. Janganlah pula apabila kamu melakukan kekhilafan, berputus asa dengan kekhilafan yang telah dilakukan itu. Menangislah disebabkan kekhilafan yang kamu lakukan, wahai Ibnu `Imran.”


3)      Hikmah kisah Khidhir As.

Dari kisah Nabi Khidhir As. ini kita dapat mengambil pelajaran penting. Diantaranya adalah Ilmu merupakan karunia Allah Swt., tidak ada seorang manusia pun yang boleh mengklaim bahwa dirinya lebih berilmu dibanding yang lainnya. Hal ini dikarenakan ada ilmu yang merupakan anugerah dari Allah Swt. yang diberikan kepada seseorang tanpa harus mempelajarinya (ilmu ladunni, yaitu ilmu yang dikhususkan bagi hamba-hamba Allah yang shalih dan terpilih).

Hikmah yang kedua adalah kita perlu bersabar dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan kebijaksanaan dari setiap peristiwa yang dialami.

Hikmah ketiga adalah setiap murid harus memelihara adab dengan gurunya. Setiap murid harus bersedia mendengar penjelasan seorang guru dari awal hingga akhir sebelum nantinya dapat bertindak di luar perintah dari guru. Kisah Nabi Khidhir As. ini juga menunjukkan bahwa Islam memberikan kedudukan yang sangat istimewa kepada guru.


4)      Mencari Khidhir As.

Kedatangan dan pertemuan dengan Nabi Khidhir As. memang tidak bisa dijadwalkan. Ia datang tak diundang, pergi pun sesuka hatinya. Dia hadir jika ada yang membutuhkan dengan niat tulus dan terkadang kedatangannya untuk menyadarkan orang yang didatangi.

Seperti yang dialami oleh raja besar di Balkha. Raja ini merupakan raja yang kaya raya juga banyak pengawalnya. Suatu malam sang raja dikejutkan oleh suara di atas atap rumah. Ketika ditanya orang yang berada di atas itu menjawab bahwa dia sedang mencari untanya yang hilang. Seketika sang raja mengatakan aneh, sebab mencari unta di atas atap. Tetapi laki-laki itu malah menjawab kelakuan sang raja lebih aneh lagi sebab mencari ridha Allah kok berbalut dengan kemewahan.

Begitu pula saat sang raja mengadakan sidang bersama para punggawanya, tiba-tiba datang seorang laki-laki tanpa permisi. Ketika ditanya apa keperluannya, sang laki-laki itu mengatakan bahwa istana ini hanya peristirahatan para kafilah. Tentu saja sang raja marah sebab istana disebut sebagai tempat peristirahatan.

“Ini bukan persinggahan para kafilah yang kelelahan. Ini adalah istanaku”, bentak sang raja merasa terhina.

“Istanamu? Sebelum engkau, siapa yang menempatinya?”
 “Bapakku”
 “Sebelum bapakmu, siapa yang punya?”
 “Kakekku”
 “Sebelum kakekmu?”
 “Bapak dari kakekku.”
 “Sekarang mereka berada di mana?”
 “Mereka sudah meninggal dunia”
 “Berarti tepat dan benar tempat ini adalah persinggahan sementara saja. Nanti sebentar lagi engkau juga akan meninggalkannya.”

Kemudian orang itu hilang. Ternyata orang itu tidak lain adalah Nabi Khidhir As. yang datang memberi nasehat agar menyadarkan bahwa kehidupan dunia itu fana belaka, bukan tujuan utama setiap manusia beriman.

Nabi Khidhir As. bak harta karun terpendam yang banyak diburu oleh banyak orang dengan berbagai macam keperluan dan keinginan. Seperti yang dialami oleh tiga bersaudara (Ubai, Ammar dan Khafid) ketiganya merupakan dari keluarga miskin. Tekad mereka adalah ingin bertemu dengan Nabi Khidhir As., tujuannya tidak lain meminta Nabi Khidhir As. mendoakan agar mereka dapat hidup layak.

Ketiganya mendatangi Masjidil Haram, sebab pada hari “Haji Akbar” Nabi Khidhir As. berada di sana. Setiap orang dijabattangani, menurut keyakinan jempolnya Nabi Khidhir As. itu empuk seperti kapas.

Setelah ketemu dengan Nabi Khidhir As. mereka bertiga menyampaikan tujuannya masing-masing. Ubai meminta didoakan supaya menjadi orang kaya, Ammar menjadi seorang raja sedangkan Khafid agar menjadi orang alim. Nabi Khidhir As. pun berkenan mendoakan setelah mereka dijanji supaya tidak lupa dengan kewajibannya jika kelak mereka berhasil cita-citanya.

Bertiganya berhasil sesuai harapan awalnya. Ubai menjadi kaya, Ammar menjadi seorang raja, dan Khafid menjadi orang alim yang mempunyai banyak santri.

Namun, Ubai menjadi sombong dan congkak terhadap orang-orang miskin. Ammar pun menjadi raja yang sewenang-wenang. Maka Nabi Khidhir As. perlu menyadarkan keduannya, tetapi kedatangannya malah disia-siakan oleh keduanya. Berkat doa’a Nabi Khidhir As. keduanya kembali ke kehidupan semula: menjadi miskin dan sengsara. Hanya Khafid yang lurus dengan janjinya.

Cerita Nabi Khidhir As. ini menjadi bahan renungan sekaligus tamparan kepada kita di realita kehidupan. Sosok wali, orang yang berkaromah terkadang hanya dimanfaatkan oleh kepentingan duniawi. Doanya hanya dimanfaatkan untuk meraih sesuatu yang sementara dan fana.

Merangkak-rangkak kita meminta didoakan supaya terkabul segala hajat namun setelah berhasil kita lupa dengan janji semuanya. Inilah realita bagaimana agama, wali, bahkan ayat-ayat al-Qur’an terkadang hanya dimanfaatkan hanya untuk memburu kemewahan dunia. Padahal kehadirannya (agama, wali, nabi dan kitab suci) tidak lain sebagai pembawa kabar gembira sekalipun peringatan (basyiiran wa nadziiran). [12]


5)      Hidup dan Wafat Khidhir As.

Memang benar, bahwa Nabi Khidhir As. adalah seorang nabi dan masih hidup sampai sekarang. Hal ini terbukti dari salah satu hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Nabi Khidhir As. dan Nabi Ilyas punya agenda khusus setiap tahun sampai kelak datangnya hari kiamat. Ada empat nabi yang masih hidup sampai sekarang; dua berada di bumi yaitu Nabi Khidhir As. dan Nabi Ilyas As., dan dua lagi berada di langit yaitu Nabi Isa As. dan Nabi Idris As. [13]

Kalau sampai saat ini Nabi Khidhir As. dinyatakan masih hidup, kapankah beliau akan meninggal dunia? Menurut keterangan dari Imam al-Yafi’i menyebutkan bahwa Nabi Khidhir As. meminta kepada Allah agar dijemput ajalnya setelah al-Quran telah sirna di dunia ini. [14]


6)      Usia Khidhir As.

Adapun terkait dengan usia panjang Nabi Khidhir As. Imam ash-Shadiq Ra. mengatakan: “Adapun hamba Allah yang shaleh, Khidhir, Allah Swt. telah memanjangkan usianya bukan untuk risalahnya dan juga bukan untuk kitab yang diturunkan kepadanya atau dengan perantaranya dan syariatnya, kemudian menganulir (nasakh) syariat para nabi sebelumnya. Juga bukan karena imamah yang mengharuskan para hambaNya mengikutinya, juga bukan karena ketaatan yang diwajibkan Tuhan bagi para hamba kepadanya. Melainkan Allah Swt. Maha Pencipta, menghendaki usia Imam Qaim (Imam Mahdi) menjadi sangat panjang pada masa ghaibatnya dan mengetahui bahwa para hambaNya akan mempersoalkan dan mengkritisi usianya. Atas dasar itu, Allah Swt. memanjangkan usia hamba shalihNya (Khidhir) sehingga dengan usianya yang panjang itu dapat dijadikan sebagai bahan argumentasi dan diserupakan usia Imam Mahdi. Dengan demikian, kritikan dan objeksi para musuh dan orang-orang yang berpikir jahat dapat digugurkan.” [15]

Tanpa ragu Nabi Khidhir As. masih hidup dan sekarang ini berusia lebih dari enam ribu tahun. [16]


7)      Doa Khidhir As. (Doa Tolak Bala)

بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْمِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
دُ عَاء الفرَج لِسَيِّدِنَا الخِضِرْ عَلَيْهِ السَّلاَم

اَللَّهُمَّ كَمَا لَطَفْتَ فِى عَظَمَتِكَ دُونَ الَلُّطَفَاءِ وَعَلوْتَ بِعَظَمَتِكَ عَلَى الْعُظَمَاءِ، وَعَلِمْتَ مَاتَحْتَ أَرضِكَ كَعِلْمِكَ بِمَا فَوْقَ عَرْشِكَ، وَكَانَت وَسَاوسُ الصُّدُورِ كَاْلعَلاَ نِيَّة عِنْدَكَ ، وَعَلاَ نَّيِةُ اْلقَوْلِ كَالسِّر فِى عِلْمِكَ، وَانْقَادَ كُلُّ شَىْءٍ لِعَظَمَتِكَ، وَخَضَعَ كُلُّ ذِى سُلْطَانٍ لسُلْطَا نِكَ ، وَصَارَ أَمْرُ الدُّ نْيَا والاَخِرَةِ كُلُّه بِيَدِكَ. اِجْعَلْ لِى مِنْ كُلِ هَمٍ أَصْبَحْتُ أَوْ أَمْسَيْتُ فِيهِ فَرَجاً وَمَخرَ جاً. اللَّهُمَّ إِنَّ عَفَوَكَ عَنْ ذُنُوبِى،  وَتَجَاوزَكَ عَنْ خَطِيئتىِ، وَسِتْرِكَ عَلَى قَبِيحِ عَمَلِى، أَطْمَعي أَنْ أَسْأ لَكَ مَالاَ أَسْتَوْ جِبُهُ مِنْكَ مِمَّا قَصَّرْتُ فِيهِ، أَدْعُوكَ اَمِنَاً وَأَسْأَ لُكَ مُسْتَأ نِسَاً. وَإِنَّكَ الْمُحْسِنُ إِليَّ، وَأَنَا الْمُسِئُ إلَى نَفْسِي فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَكَ، تَتَوَدَدُ إِليَّ بِنِعْمَتِكَ وَأَتَبَغَّضُ إلَيْكَ بِالْمَعَاصِيِ وَلَكِنَّ الثَّقَةُ بِكَ حَمَلَتْنِي علَى الْجرَاءَةِ عَلَيْكَ فَعُدْ بِفَضْلِكَ وَإحْسِانِكَ عَلَي إِنَّكَ أَنْتَ التَّوابُ الَّرَحِيمُ وَصَلى الله ُعَلَى سَيِدِنَا مُحَمَّدٍ وَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ.

Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammadin wa alihi washahbihi wasallam. Allahumma kama lathafta fii a’dzamatika dunalluthafaa-i, wa ‘alauta bi a’dzamatika ‘alal ’udzamaa-i, wa ‘alimta ma tahta ardhika ka’ilmika bima fauqa ‘arsyika, wakanat wasawisushshuduri kal’alaniyyati ‘indaka wa ‘ala niyyatil qauli kassirri fi ‘ilmika wanqada kullu syai-in li ‘adzamatika wa khadha’a kullu dzi sulthanin li sulthanika. Washaara amruddunya wal akhirati kulluhu biyadika. Ij’al lii min kulli hammin ashbahtu au amsaitu fiihi farajan wa makhrajan. Allahumma inni ‘afawaka ‘an dzunubiy wa tajaawazaka ‘an khathi-athiy, wasitraka ‘ala qabihi a’maliy athmi’niy an as-aluka ma la astaujibuhu minka mimma qashshartu fihi. Ad’uka aminan wa as’aluka musta’nisan. Wa innakal muhsinu ilayya wa-analmusi’i ila nafsiy fima bainiy wa bainaka tatawaddadu ilayya bini’matika wa atabaghghadhu ilaika bilma’ashiy. Walakinnatstsaqaha bika hamalatniy ‘alal khara’ati ‘alaika fa’ud bifadhlika wa ihsanika ‘alayya innaka antattawaburrahiim. Washalallahu ‘ala Sayyidina Muhammadin wa alihi wa shahbihi wasallam.

“Wahai Allah, sebagaimana Engkau telah berlemah-lembut dalam KeagunganMu melebihi segenap kelembutan. Dan Engkau Maha Luhur dan KeagunganMu melebihi semua Keagungan. Dan Engkau Maha Mengetahui terhadap apa apa yang terjadi di bumi sebagaimana Engkau Maha Mengetahui apa-apa yang terjadi di ‘ArsyMu. Dan semua yang telah terpendam merisaukan hati adalah jelas terlihat di hadapanMu. Dan segala yang terang-terangan diucapkan adalah rahasia yang terpendam dalam PengetahuanMu. Dan patuhlah segala sesuatu pada KeagunganMu. Dan tunduk segala penguasa di bawah KekuasaanMu. Maka jadilah segenap permasalahan dunia dan akhirat dalam GenggamanMu. Maka jadikanlah segala permasalahanku dan kesulitanku segera terselesaikan dan termudahkan pada pagiku atau soreku ini. Wahai Allah kumohon maafMu atas dosa-dosaku. Dan kumohon pengampunanMu atas kesalahan-kesalahanku. Dan kumohon tabir penutupMu dari keburukan amal-amalku. Berilah aku dan puaskan aku dari permohonanku yang sebenarnya tidak pantas diberikan padaKu karena kehinaanku. Kumohon padaMu keamanan dan kumohon padaMu kedamaian bersamaMu. Sungguh selalu berbuat baik padaku, sedangkan aku selalu berbuat buruk terhadap diriku atas hubunganku denganMu. Kau ulurkan cinta kasih sayang lembutMu padaku dengan kenikmatan-kenikmatanMu, sedangkan aku selalu memancing kemurkaanMu dengan perbuatan dosa. Namun kuatnya kepercayaanku padaMu membawaku untuk memberanikan diri lancang memohon padaMu. Maka kembalikanlah dengan AnugerahMu dan KebaikanMu padaku. Sungguh Engkau Maha Menerima hamba-hamba yang menyesal dan Engkau Maha Berkasih Sayang. Dan shalawat serta salam atas Sayyidina Muhammad serta keluarga dan limpahan salam. [17]


8)      Catatan kaki

1.      Annemarie Schimmel, Mystical Dimensions of Islam, (Chapel Hill: University of North Carolina Press. 1975), 202.
2.      “Muslim version of Elijah” George K. Anderson. The Legend of the Wandering Jew (Providence: Brown University Press. 1965), 409; Exhaustive material on Khidr’s resemblance with Elijah is presented in Friedlaenders “Khidr” in the Encyclopedia of Religion and Ethics (New York: Charles Scribner’s Sons, 1915), 693-95.
3.      Peter L. Wilson, “The Green Man: The Trickster Figure in Sufism”, in Gnosis Magazine 1991, 23.
4.      On Rodwell, see W.M. Thackston Jr. The Tales of the Prophets of al-Kisai (Boston: Twayne Publishers, 1978), xxiv.
5.      Alexander H. Krappe. The Science of Folklore (New York: Barnes and Noble Inc., 1930), 103.
6.      However, he refers to the Wandering Jew as Ahasver. See Haim Schwarzbaum. Biblical and Extra-Biblical Legends, 17.
9.      Kitab al-Ifrad karya Imam ad-Daruquthniy dan Ibnu ‘Asakir riwayat Ibnu Abbas.
10.  Fath al-Bari juz 6 halaman 310, al-Bidayah wa an-Nihayah juz 1 halaman 326, Ruh al-Ma'ani juz 17 halaman 319.
11.  Mahmud al-Alusi berkata: “Aku tidak membenarkan semua sumber yang menyatakan tentang riwayat asal-usul Khidhir. Tetapi an-Nawawi menyebutkan bahwa Khidhir adalah putera raja”. Fath al-Bari juz 6 halaman 390.
12.  Haji Lalu Ibrohim M.T, Mereka Memanggilku Khidir”, terbitan Pustaka Pesantren Yogyakarta tahun 2012.
13.  Lihat dalam kitab al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 180 dan 307.
14.  Lihat dalam kitab al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 322.
15.  Lihat dalam kitab Kamâl ad-Din jilid 3 halaman 357 dan dalam Bihâr al-Anwâr jilid 51 halaman 222.
16.  Lihat dalam kitab Yaum al-Khalâsh halaman 157.
17.  Ijazah al-Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa Pemimpin Majelis Rasulullah Saw. Jakarta.

Wallahu al-Musta’an


Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 14 Februari 2013